Cerpen: Aku Terlalu Bodoh, Hingga Mimpi-Mimpi Harus Roboh


Hanya karena sebuah kesalahpahaman, aku dan dia tidak saling sapa, saling melupakan. Rasanya aneh memang, dulu begitu dekat, tapi kini bersapapun terasa ada sekat.

Aku pernah berbagi resah dengannya. Menghilangkan gundah, dengan bercerita dengannya. Sulit menghapus segala yang kuingat tentang ia. Kau pasti tahu rasa dicintai dan mencintai seperti apa, Ra. Hingga tak perlu kujelaskan bagaimana susahnya melupakan seseorang yang istemewa.

Maaf jika harus kuceritakan perihal Puisi. Gadis yang selama beberapa tahun bertahan dan menanti. Aku telah berusaha ikhlas, tetapi tangan masih saja enggan untuk melepas. Kenangan dengannya misalnya, atau beberapa tawa yang pernah tercipta.

Aku harus mengakui beberapa hal tentangnya. Aku adalah arsitek, atas segala kehancuran hubungan ini. Berusaha membangun kebersamaan, tapi tanpa sengaja mematahkan penyangganya. Aku terlalu bodoh, hingga mimpi-mimpi harus roboh.

Namun, jauh dari semua itu. Kami (atau mungkin hanya aku saja) memang masih saling mencintai, berharap saling memiliki. Hanya saja, kami menyimpan harapan jauh dalam hati, dan memilih diam agar tidak saling menyakiti.

Kami tak ingin memeluk ego lebih dalam, serta memilih saling mendoakan. Bukan hendak berpangku tangan, tapi percaya akan ada cerita lebih baik dari Tuhan setelahnya. Jadi, biarkan kisah ini menemani secangkir kopi yang kau minum, sebagai kenangan yang masih bersedia menunggu dalam lamunan.

0 Response to "Cerpen: Aku Terlalu Bodoh, Hingga Mimpi-Mimpi Harus Roboh"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel