Pengertian Cinta Yang Sesungguhnya : Cinta Sebagai Wujud Iman Dan Akhlak


Pengertian Cinta Yang Sesungguhnya : Cinta Sebagai Wujud Iman Dan Akhlak - Kata cinta dewasa ini sepertinya milik umat Kristiani, kata “cinta”, kasih kristus, kasih Bapak di Surga, dan ungkapan cinta lainnya begitu banyak diungkapkan oleh pendeta di gereja.

Sementara kata bernada kekerasan, menakutkan dan membebani ditimpakan kepada Islam. Bahkan ketika para mahasiswa ditanyakan tentang qishash, hukum cambuk dan hukum potong tangan, mereka menjawab bahwa itu semua kejam dan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).

Islam memang bicara wajib, haram, rajam, cambuk qishash, jihad, perang dan neraka, tapi Al-Qur’an pun bicara tentang ruhshah (dispensasi), taysir (kemudahan), basyir (memberi kebar gembira), perhiasan, maaf, syafa’at, surga tak terkecuali al-hubungan (cinta).

Al-Qur’an menyebutkan bahwa dalam qishash adalah hukuman mati, sepertinya Al-Qur’an antara lain : ini menegaskan bahwa memang qishash itu hukuman mati. Tapi dengan cara ini umat manusia akan terselamatkan dari tindakan saling bunuh diantara anak cucu dan kerabat, sekaligus sebagai pelajaran bagi kita sehingga berfikir ribuan kali ketika hendak membunuh.

Dikalangan sufi, cinta adalah prinsip etika dan moralitas. Dengan kata lain, etika dan moral tidak akan ada tanpa cinta. Menurut sufi beribadah dan beramal saleh yang kita kerjakan hendaknya dalam rangka “cinta” kepada Allah SWT, bukannya mengharapkan surga atau takut neraka. Bila mengharapkan surga atau takut neraka berarti kita telah terjerumus ke dalam kemusyrikan kerena hanya mengejar, “makhluk” Tuhan, bukannya menuju Tuhan yang Maha Esa.

Maqam (tingkatan) “cinta” (mahabah) sebagai maqam tertinggi sufi tidak bisa dikejar dengan pengetahuan dan peribadatan. Sebelum maqam mahabah ini terlebih dahulu kita harus mengejar maqam ma’rifat (mengenal Allah dengan ilmu yakin. Dengan pengkajian mendalam) dan maqam-maqam di bawahnya, diantaranya menghilangkan segala sikap egois dan cinta dunia, kemudian mengisinya dengan ilmu yakin, peribadatan yang ikhlas, dan amal shaleh karena untuk menuju ke abadian Allah SWT.

Untuk menggapai “cinta” abadi, terlebih dulu kita perlu mengenali apa saja penyebab adanya cinta.

Pertama; Cinta “diri”. masing-masing kita begitu cinta terhadap diri sendiri sehingga kita begitu egois dan mementingkan diri sendiri. Cinta harta, kedudukan, kehormatan dan apa saja yang menempel pada diri kita tidak ada apa-apanya sama sekali tanpa ditempel pada cinta Illahi.

Kedua; Cinta pada orang lain. Kita biasanya memberikan cinta kepada orang lain karena orang lain itu memberikan cinta dan kebaikan pada kita, semakin besar dan banyak kebaikan yang diberikan, maka semakin besar pula cinta kita kepada orang itu.

Imam Ghazali menunjukan dua cara mencintai Allah yaitu:
  • Melepaskan diri dari ikatan-ikatan duniawi, bukan berarti melepas diri sama sekali dengan dunia melainkan justru menguasai dunia.
  • Mengeluarkan kotoran-kotoran hati.

Cinta disebut-sebut Nabi sebagai ekspresi keimanan. Tadi iman bukanlah sebuah keyakinan “nol” melainkan suatu keyakinan yang disertai cinta, sedangkan tinggi-rendahnya cinta dapat diukur dari seberapa besar tinggi rendahnya pengorbanan.

Para Nabi teladan-teladan umat itu justru mengekspresikan keimanan mereka dalam bentuk cinta. Allah menghendaki didatangkannya para Nabi itu untuk memberikan teladan dalam keimanan dan kecintaan.

0 Response to "Pengertian Cinta Yang Sesungguhnya : Cinta Sebagai Wujud Iman Dan Akhlak"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel