Pemahaman Jual Beli Menurut Syariat Islam

Pemahaman Jual Beli Menurut Syariat Islam - Kehidupan dalam bermasyarakat memang penting, apalagi manusia tidak dapat hidup sendiri. Oleh sebab itu manusia saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, atau disebut juga dengan bermuamalah. Memang telah kita ketahui, manusia adalah makhluk sosial yang tidak lepas dari kegiatan muamalah. Namun tidak semua masyarakat mengetahui secara kaffah akan peraturan-peraturan dalam bermuamalah, misalnya dalam kasus jual beli.

Jual beli menurut pengertian lughawinya adalah saling menukar (menukarkan). Dan kata Al-Bai’ (jual) dan Asy-Syiraa (beli), dua kata ini masing-masing mempunyai makna dua yang sau sama lain bertolak belakang.

Menurut pengertian syariat, jual beli ialah pertukaran harta atas dasar saling rela. Atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan (agar tebedakan dengan jual beli terlarang). Sedangkan dalam buku ‘Fiqih Islam’ pada bab Kitab Muamalat, jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang tertentu (akad).

Orang yang terjun ke dunia usaha,berkewajiban mengetahui hal-hal yang dapat mengakibatkan jual beli itu sah atau tidak. Hal ini dimaksudkan agar muamalat berjalan sah dan segala sikap atau tindakannya jauh dari kerusakan yang tidak dibenarkan.

"Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (Al-Baqarah: 275)

Hal yang menarik dari ayat tersebut adalah adanya pelarangan riba yang didahului oleh penghalalan jual beli. Jual beli adalah bentuk dasar dari kegiatan ekonomi manusia. Kita mengetahui bahwa pasar tercipta oleh adanya transaksi dari jual beli. Pasar dapat timbul manakala terdapat penjual yang menawarkan barang maupun jasa untuk dijual kepada pembeli. Dari konsep sederhana tersebut lahirlah sebuah aktivitas ekonomi yang kemudian berkembang menjadi suatu sistem perekonomian.


Rukun Dan Syarat Jual Beli

Dalam pelaksanaan jual beli, minimal ada tiga rukun yang perlu dipenuhi, yaitu:

1) Penjual atau pembeli harus dalam keadaan sehat akalnya. Orang gila tidak sah jual belinya. Penjual atau pembeli melakukan jual beli dengan kehendak sendiri, tidak ada paksaan kepada keduanya, atau salah satu diantara keduanya. Apabila ada paksaan, jual beli tersebut tidak sah.

2) Syarat Ijab dan Kabul. Ijab adalah perkataan untuk menjual atau transaksi menyerahkan, misalnya saya menjualmobil ini dengan harga 25 juta rupiah. Kabul adalah ucapan si pembeli sebagai jawaban dari perkataan si penjual, misalnya saya membeli mobil ini dengan harga 25 juta rupiah. Sebelum akad terjadi, biasanya telah terjadi proses tawar menawar terlebih dulu.

Pernyataan ijab kabul tidak harus menggunakan kata-kata khusus. Yang diperlukan ijab kabul adalah saling rela (ridha) yang direalisasikan dalam bentuk kata-kata. Contohnya, aku jual, aku berikan, aku beli, aku ambil, dan aku terima. Ijab kabul jual beli juga sah dilakukan dalam bentuk tulisan dengan sarat bahwa kedua belah pihak berjauhan tempat, atau orang yang melakukan transaksi itu diwakilkan. Di zaman modern saat ini, jual beli dilakukan dengan cara memesan lewat telepon. Jula beli seperti itu sah saja, apabila si pemesan sudah tahu pasti kualitas barang pesanannya dan mempunyai keyakinan tidak ada unsur penipuan.

3) Benda yang diperjualbelikan
  • Barang yang diperjualbelikan harus memenuhi sarat sebagai berikut.
  • Suci atau bersih dan halal barangnya.
  • Barang yang diperjualbelikan harus diteliti lebih dulu.
  • Barang yang diperjualbelikan tidak berada dalam proses penawaran dengan orang lain.
  • Barang yang diperjualbelikan bukan hasil monopoli yang merugikan.
  • Barang yang diperjualbelikan tidak boleh ditaksir (spekulasi).
  • Barang yang dijual adalah milik sendiri atau yang diberi kuasa Barang itu dapat diserah terimakan.


Bentuk-Bentuk Jual Beli

Bai’ mulasamah secara etimologi kata mulamasah berasal dari kata l-m-s, artinya menyentuh atau memegang. Bai’ Mulamasah adalah satu bentuk akad jualbeli, dimana barang yang dipegang oleh pihak pembeli itulah yang menjadi barang yang dijual. Jualbeli seperti ini berlangsung tanpa keridhaan salah satu pihak yang berakad.

Bai’ al wafa’ adalah Suatu transaksi (akad) jual-beli dimana penjual mengatakan kepada pembeli: saya jual barang ini dengan hutang darimu yang kau berikan padaku dengan kesepakatan jika saya telah melunasi hutang tersebut maka barang itu kembali jadi milikku lagi. (Al Jurjani Ali bin Muhammad bin Ali, Kitab At Ta`rifaat, p. 69)

Bai’ tauliyah yaitu jual beli dimana penjual melakukan penjualan dengan harga yang sama dengan harga pokok barang.

Bai’ almurabahah adalah akad jual-beli barang tertentu. Dalam transaksi jual-beli tersebut penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga pembelian dan keuntungan yang diambil.


Macam-macam Jual beli Menurut Cara Pembayaran

Ditinjau dari cara pembayaran, jual beli dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
  • Jual beli dengan penyerahan barang dan pembayaran secara langsung (jual beli kontan).
  • Jual beli dengan pembayaran tertunda (jual beli nasi’ah).
  • Jual beli dengan penyerahan barang tertunda.
  • Jual beli dengan penyerahan barang dan pembayaran sama-sama tertunda.


Hal-Hal Yang Terlarang Dalam Jual Beli

Jual beli dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain ditinjau dari segi sah atau tidak sah dan terlarang atau tidak terlarang.
  • Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya (seperti yang telah dijelaskan pada halaman sebelum ini).
  • Jual beli yang terlarang dan tidak sah (bathil) yaitu jual beli yang salah satu rukun atau syaratnya tidak terpenuhi atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak disyariatkan (disesuaikan dengan ajaran islam).
  • Jual beli yang sah tapi terlarang (fasid). Jual beli ini hukumnya sah, tidak membatalkan akad jual beli, tetapi dilarang oleh Islam karena sebab-sebab lain.


Manfaat Dan Hikmah Jual Beli
  • Penjual dan pembeli dapat memenuhi kebutuhannya,atas dasar kerelaan atau suka sama suka.
  • Masing-masing pihak merasa puas,penjual melepas barang dengan ikhlas dan menerima uang,sedangkan pembeli menerima barang dan memberfikan uang.
  • Dapat menjauhkan diri dari memekan atau memilikin barang yang haram.
  • Penjual dan pembeli mendapat rahmat dari Allah SWT.
  • Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan.

0 Response to "Pemahaman Jual Beli Menurut Syariat Islam"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel