Cinta Menurut Pandangan Islam


Cinta Menurut Pandangan Islam - Cinta adalah sebuah rasa suka atau sayang manusia kepada manusia lainnya, sedangkan kasih adalah suatu rasa yang timbul pada diri manusia untuk saling mengasihi atau menyayangi kepada sesame manusia. Jadi yang dimaksud dengan cinta kasih adalah sebuah rasa kasih sayang serta rasa saling mengasihi antar sesame manusia pada kehidupan sehari-hari.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia dalam melakukan suatu kebudayaannya seperti biasa terutama dalam agamanya masing-masing, didalam sebuah agama memiliki suatu perbedaan yang kompleks dan memiliki suatu ciri khas yang sangat kental antara satu dengan lainnya, salah satunya menurut agama islam.

Dalam agama Islam, cinta perlulah melalui berbagai peringkat keutamaannya yang tersendiri yaitu : Cinta kepada Allah SWT, Cinta Kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan Para Anbiya, dan Cinta Sesama Mukmin.


Cinta Kepada Allah

Islam meletakkan cinta yang tertinggi dalam kehiudupan manusia ialah cinta kepada Allah SWT ketinggian nilai taqarrub Al-Abid kepada Khaliq dapat dikesan melalui cinta murni mereka kepada sang pencipta. Tanpa cinta kepada Allah SWT perlakuan hamba tidak memberi pulangan yang bererti sedangkan apa yang menjadi tunjang kepada islam ialah mengenali dan menyintai Allah SWT.

Memiliki cinta Allah SWT seharusnya menjadi kebanggaan individu mukmin lantaran keagungan nilai dan ketulusan ihsan-Nya. Namun menjadi suatu kesukaran untuk meraih cinta Allah SWT tanpa pengabdian yang menjurus tepat kepada-Nya. Cinta Allah SWT umpama satu anugerah yang tertinggi dan tidak mungkin siapapun manusia dapat memilikinya kecuali didahulukan dengan pengorbanan yang mahal.

Cinta Allah SWT adalah syarat yang utama untuk meletakkan diri di dalam barisan pejuang-pejuang kalimat Allah SWT. Firman Allah SWT (yang bermaksud) : “Wahai orang-orang yang beriman! Sesiapa di antara kamu berpaling tadah dari ugamanya (jadi murtad), maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Ia kasihkan mereka dan mereka juga kasihkan Dia; mereka pula bersifat lemah-lembut terhadap orang-orang yang beriman dan berlaku tegas gagah terhadap orang-orang kafir.” (Surah Al-Maidah, ayat 54)


Cinta Kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan Para Anbiya’

Apa bila manusia berada di dalam kegelapan yang begitu kelam, maka diutuskan pembawa obor yang begitu terang untuk disuluhkan kepada manusia ke arah jalan kebenaran. Sayang, pembawa obor tersebut terpaksa begelumang dengan lumpur yang begitu tebal dan menahan cacian yang tidak sedikit untuk melaksanakan tugas yang begitu mulia.

Pembawa obor tersebut ialah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Maka menjadi satu kewajipan kepada setiap yang mengaku dirinya sebagai muslim memberikan cintanya kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para ambiya’. Kerana kecintaan inilah, para sahabat sanggup bergadai nyawa menjadikan tubuh masing-masing sebagai perisai demi mempertahankan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.

Dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menyebut; "Diriwayatkan daripada Anas r.a katanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda; Tiga perkara, jika terdapat di dalam diri seseorang maka dengan perkara itulah dia akan memperolehi kemanisan iman: Seseorang yang mencintai Allah dan RasulNya lebih daripada selain keduanya, mencintai seorang hanya kerana Allah, tidak suka kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran itu, sebagaimana dia juga tidak suka dicampakkan ke dalam Neraka.” (Bukhari : no. 15, Muslim : no. 60, Tirmizi : no. 2548 Nasaie : no. 4901).

Namun, dalam suasana kita sekarang yang begitu jauh dengan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dari segi masa, adakah tidak berpeluang lagi untuk kita memberikan cinta kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam Sekalipun Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah meninggalkan kita jauh di belakang, sesungguhnya cinta terhadap baginda boleh dibuktikan melalui kepatuhan serta kecintaan terhadap sunnahnya.


Cinta Sesama Mukmin

Interaksi kasih sayang sesama mukmin adalah merupakan pembuluh utama untuk menyalurkan konsep persaudaraan yang begitu utuh. Cinta sesama mukmin inilah yang mengajar manusia supaya mencintai ibu-bapanya. Bukan malah bersikap kasar terhadap orang tua sebagaimana yang disebut di dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah r.a katanya: “Ketika kami bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, baginda telah bersabda: Mahukah aku ceritakan kepada kamu sebesar-besar dosa : ialah tiga perkara, yaitu mensyirikkan Allah, mengherdik (berkata dan berperilaku kasar) kepada kedua ibu-bapa dan bersaksi palsu atau kata-kata palsu.” (Hadis riwayat Bukhari, no. 5519, Muslim : no. 126)

Alangkah indahnya sebuah agama yang mengajar penganutnya agar menghormati dan menyintai kedua orang tuanya yang telah susah payah untuk membesarkan anak-anak mereka. Dimanakah lagi keindahan yang lebih menyerlah selain daripada yang terdapat di dalam Islam yang mengajar umatnya dengan pesanan; "Dan hendaklah engkau merendah diri kepada keduanya (orang tua) kerana belas kasihan dan kasih sayangmu, dan doakanlah (untuk mereka, dengan berkata): Wahai Tuhanku! Cucurilah rahmat kepada mereka berdua sebagaimana mereka telah mencurahkan kasih sayangnya, memelihara dan mendidikku semasa kecil.” (Surah Israk, ayat 24).

Selain daripada cinta kepada kedua orang tua, Islam juga meletakkan cinta sesama mukmin yang berimana sebagai syarat kepada sebuah perkumpulan atau jemaah yang layak bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.

0 Response to "Cinta Menurut Pandangan Islam"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel